Iklim Tropis dan Subtropis
Tropika
Suasana tengah hari di daerah tropis. Bayang-bayang berada tepat di bawah
benda yang disinarinya.
Tropika adalah daerah di permukaan Bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat
LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di
utara dan Garis Balik
Selatan
(GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Tropis adalah bentuk
ajektivanya.
Area ini terletak di antara 23.5° LU dan 23.5° LS, dan
mencakup seluruh bagian Bumi yang dalam setahun mengalami dua kali saat
Matahari tepat berada di atas kepala (di utara GBU dan di selatan GBS Matahari
tidak pernah mencapai ketinggian 90° atau tepat di atas kepala). Kata tropika
berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti "berputar",
karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang
disebut tahun.
Tumbuhan dan hewan tropis adalah spesies yang
hidup di daerah tropis tersebut. Istilah tropis juga kadangkala digunakan untuk
menyebut tempat yang hangat dan lembap sepanjang tahun, walaupun tempat itu
tidak terletak di antara dua garis balik. Tumbuhan daerah tropis biasanya
berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau
jika memiliki perilaku peluruh mereka tidak dipengaruhi oleh suhu
atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah. Wilayah
tropis di seluruh dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis
("seluruh tropis"), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua,
seperti Amerika tropis, atau Asia tropis.
Contoh kota tropis
- Nairobi, Kenya (1.3º S)
- Singapura (1.4º N)
- Jakarta, Indonesia (6.11° S)
- Manila, Filipina (14.35º N)
- Bombay, India (19.1º N)
- Rio de Janeiro, Brasil (22.9º S)
- contong, cimahi (20.8º s)
- balikpapan, kalimantan timur (21.7º s)
Subtropis
Iklim subtropis menurut Köppen
Subtropis adalah wilayah Bumi yang berada di utara dan selatan
setelah wilayah tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada
lintang 23,5° utara dan selatan. Kondisi iklim subtropis diwarnai dengan
gangguan dan rintangan dari alam seperti badai, hujan salju, atau
tornado. Daerah beriklim
subtropis memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
Keempat musim di atas memiliki karakteristik tersendiri, dengan suhu maksimal, suhu minimal, kelembaban,
maupun kondisi mahluk hidup yang berbeda. Daerah subtropis di belahan bumi
utara meliputi:
- Sebagian besar Eropa, kecuali Skandinavia.
- Kawasan Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Barat sebelah utara.
- Amerika Serikat dan sekelilingnya.
- Afrika Utara dan Afrika Bagian Selatan.
Sedangkan daerah di bagian selatan meliputi:
- Australia
- Bagian selatan Amerika Selatan
Tidak dipungkiri, musim hujan merupakan suatu
berkah tersendiri bagi sebagian besar masyarakat, terutama mereka yang tinggal
di daerah yang mengalami kekeringan/kekurangan air. Bagi para petani, di musim
tanam, curah hujan yang cukup juga mendatangkan kegembiraan tersendiri. Mereka
yang mengais rejeki dari ngojek payung dan usaha bengkel ikut tersenyum dengan
rejeki tak terduga yang kadang diperoleh di musim ini. Pun dengan anak-anak,
yang penuh keceriaan berlarian kesana-kemari bermain di bawah guyuran air
hujan.
Namun
dibalik semua itu, berbagai dampak buruk juga kerap terjadi. Seperti yang
terjadi di keluarga saya saat musim hujan dua tahun lalu. Hampir sepekan
lamanya, si bungsu harus dirawat di rumah sakit karena terserang virus DBD.
Sangat sedih menyaksikannya terbaring lemah dengan selang infus yang terpasang
di tangannya.
Pada
sebuah harian lokal yang saya baca beberapa hari lalu Jumat, 25 Oktober
2013, seorang pasien DBD bernama Susilawati (10) justru lebih
menyedihkan nasibnya. Akibat terlambat ditolong, nyawa Susi akhirnya tak
dapat diselamatkan.
Mengingat
akan dampak buruk musim hujan yang satu ini, tak ada salahnya saya kembali
mengingatkan, bahaya penyakit DBD yang harus selalu diwaspadai. Jangan
sepelekan demam tinggi, terutama bila demam tidak turun dalam dua hari,
meskipun telah diberi obat penurun panas. Segera periksa agar diketahui dengan
pasti penyebabnya. Untuk mencegah nyamuk Aedes Aegepty ini
kembali menelan korban jiwa, beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai
antisipasi diantaranya:
- 3M (Mengubur, Menutup dan Menguras) tempat penampungan air
- Menggunakan lotion anti nyamuk jika diperlukan
- Memelihara ikan tempalo yang dapat memakan jentik nyamuk
- Menaburkan bubuk abate di bak penampungan air
- Tidak membiarkan pakaian tergantung dimana-mana
- Jika ada yang terserang DBD di rumah/lingkungan sekitar, minta petugas Dinas kesehatan melakukan fogging.
- Menjaga asupan makanan dengan makan makanan yang bergizi
- Olahraga teratur
- Mengkonsumsi suplemen/vitamin untuk menambah daya tahan tubuh
- Istirahat yang cukup
- Bersihkan selalu rumah dan ventilasi agar sirkulasi udara baik serta tidak lembab
- Biasakan cuci tangan sebelum makan
PENYEBAB KEKERINGAN DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA
|
Penyebab
Kekeringan
Faktor penyebab kekeringan adalah: 1) adanya penyimpangan iklim; 2) adanya gangguan keseimbangan hidrologis; dan 3) kekeringan agronomis.
Penyimpangan iklim, menyebabkan produksi uap air dan awan di sebagian Indonesia bervariasi dari kondisi sangat tinggi ke rendah atau sebaliknya. Ini semua menyebabkan penyimpangan iklim terhadap kondisi normalnya. Jumlah uap air dan awan yang rendah akan berpengaruh terhadap curah hujan, apabila curah hujan dan intensitas hujan rendah akan menyebabkan kekeringan.
Faktor penyebab kekeringan adalah: 1) adanya penyimpangan iklim; 2) adanya gangguan keseimbangan hidrologis; dan 3) kekeringan agronomis.
Penyimpangan iklim, menyebabkan produksi uap air dan awan di sebagian Indonesia bervariasi dari kondisi sangat tinggi ke rendah atau sebaliknya. Ini semua menyebabkan penyimpangan iklim terhadap kondisi normalnya. Jumlah uap air dan awan yang rendah akan berpengaruh terhadap curah hujan, apabila curah hujan dan intensitas hujan rendah akan menyebabkan kekeringan.
Gangguan keseimbangan hidrologis, kekeringan juga dipengaruhi oleh adanya gangguan hidrologis seperti: 1) terjadinya degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama bagian hulu mengalami alih fungsi lahan dari bervegetasi menjadi non vegetasi yang menyebabkan terganggunya sistem peresapan air tanah; 2) kerusakan hidrologis daerah tangkapan air bagian hulu menyebabkan waduk dan saluran irigasi terisi sedimen, sehingga kapasitas tampung air menurun tajam; 3) rendahnya cadangan air waduk yang disimpan pada musim penghujan akibat pendangkalan menyebabkan cadangan air musim kemarau sangat rendah sehingga memicu terjadinya kekeringan.
Kekeringan agronomis, terjadi sebagai akibat kebiasaan petani memaksakan menanam padi pada musim kemarau dengan ketersediaan air yang tidak mencukupi.
Wilayah
yang biasa mengalami kekeringan
Kekeringan umumnya terjadi di wilayah-wilayah sebgai berikut: 1) areal pertanian tadah hujan; 2) daerah irigasi golongan 3; 3) daerah gadu liar; dan 4) daerah endemik kekeringan
Kekeringan umumnya terjadi di wilayah-wilayah sebgai berikut: 1) areal pertanian tadah hujan; 2) daerah irigasi golongan 3; 3) daerah gadu liar; dan 4) daerah endemik kekeringan
Dampak
akibat kekeringan
Dampak terjadinya kekeringan antara lain: 1) produksi tanaman turun/rendah/puso bahkan menyebabkan tanaman mati sehingga merugikan petani; 2) Karena produksi rendah secara riil mengalami kerugian material maupun finansial yang besar dan bila terjadi secara luas, akan mengancam ketahanan pangan nasional; 3) menyebabkan terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat terjadinya kekurangan air pada musim kemarau.
Dampak terjadinya kekeringan antara lain: 1) produksi tanaman turun/rendah/puso bahkan menyebabkan tanaman mati sehingga merugikan petani; 2) Karena produksi rendah secara riil mengalami kerugian material maupun finansial yang besar dan bila terjadi secara luas, akan mengancam ketahanan pangan nasional; 3) menyebabkan terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat terjadinya kekurangan air pada musim kemarau.
Kategori
pengelolaan wilayah kekeringan
Pengelolaan wilayah kekeringan secara umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1) wilayah yang sawahnya mengalami kekeringan pada lokasi yang sama, daerah tersebut umumnya terjadi di bagian hilir daerah irigasi, daerah yang sumber irigasinya hanya mengandalkan debit sungai (tidak terdapat waduk) dan daerah sawah tadah hujan yang terdapat sumber air alternatif (air buangan, air tanah dangkal); 2) wilayah yang areal sawahnya mengalami kekeringan lebih besar atau sama dengan areal yang aman kekeringan, daerah tersebut bisa terjadi di bagian tengah/hilir daerah irigasi dan daerah yang sumber irigasinya hanya mengandalkan debit sungai (tidak terdapat waduk) serta tidak kesulitan mendapatkan sumber air alternatif untuk irigasi; dan 3) wilayah dimana areal sawahnya mengalami rawan kekeringan lebih kecil dari areal yang aman, daerah tersebut umumnya masih terdapat sumber air alternatif untuk irigasi walaupun jumlahnya masih kurang.
Pengelolaan wilayah kekeringan secara umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1) wilayah yang sawahnya mengalami kekeringan pada lokasi yang sama, daerah tersebut umumnya terjadi di bagian hilir daerah irigasi, daerah yang sumber irigasinya hanya mengandalkan debit sungai (tidak terdapat waduk) dan daerah sawah tadah hujan yang terdapat sumber air alternatif (air buangan, air tanah dangkal); 2) wilayah yang areal sawahnya mengalami kekeringan lebih besar atau sama dengan areal yang aman kekeringan, daerah tersebut bisa terjadi di bagian tengah/hilir daerah irigasi dan daerah yang sumber irigasinya hanya mengandalkan debit sungai (tidak terdapat waduk) serta tidak kesulitan mendapatkan sumber air alternatif untuk irigasi; dan 3) wilayah dimana areal sawahnya mengalami rawan kekeringan lebih kecil dari areal yang aman, daerah tersebut umumnya masih terdapat sumber air alternatif untuk irigasi walaupun jumlahnya masih kurang.
Pentingnya
pengelolaan kekeringan
Kekeringan perlu dikelola dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1) terus meningkatnya luas sawah yang terkena kekeringan sehingga berdampak pada penurunan produksi sampai gagal panen; 2) terjadinya kekeringan pada tahun yang sama saat terjadi anomali iklim maupun kondisi iklim normal; 3) periode ulang anomali iklim cenderung acak sehingga sulit untuk dilakukan adaptasi; 4) kekeringan berulang pada tahun yang sama di lokasi yang sama; 5) dampak anomali iklim bervariasi antara wilayah; 6) kekeringan hanya dapat diturunkan besarannya dan tidak dapat dihilangkan. Dengan pertimbangan tersebut sehingga diperlukan pengelolaan terencana dengan semua pemangku kepentingan.
Kekeringan perlu dikelola dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1) terus meningkatnya luas sawah yang terkena kekeringan sehingga berdampak pada penurunan produksi sampai gagal panen; 2) terjadinya kekeringan pada tahun yang sama saat terjadi anomali iklim maupun kondisi iklim normal; 3) periode ulang anomali iklim cenderung acak sehingga sulit untuk dilakukan adaptasi; 4) kekeringan berulang pada tahun yang sama di lokasi yang sama; 5) dampak anomali iklim bervariasi antara wilayah; 6) kekeringan hanya dapat diturunkan besarannya dan tidak dapat dihilangkan. Dengan pertimbangan tersebut sehingga diperlukan pengelolaan terencana dengan semua pemangku kepentingan.
Upaya-upaya
Untuk mengatasi kekeringan dapat dilakukan dengan cara: 1) gerakan masyarakat melalui penyuluhan; 2) membangun/rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi; 3) membangun/ rehabilitasi/pemeliharaan konservasi lahan dan air; 4) memberikan bantuan sarana produksi (benih dan pupuk, pompa spesifik lokasi); 5) mengembangkan budidaya hemat air dan input (menggunakan metode SRI/PTT). Selanjutnya untuk mengatasi penyebab klimatologis perlu melakukan; 1) penyebaran informasi prakiraan iklim lebih akurat; 2) membuat kalender tanam; 3) menerapkan dan memperhatikan peta rawan kekeringan yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian melalui data interpretasi. Peta kekeringan secara lengkap dapat didownload pada website http://pla.deptan.go.id/rbk/peta/index.html. Peta tersebut tersedia untuk wilayah Jawa, Nusa Tenggara (NTB dan NTT), Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku dan Papua. Selain sumber di atas data dapat juga diperoleh melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dengan alamat website http://iklim.bmg.go.id /index.jsp.
Untuk mengatasi kekeringan dapat dilakukan dengan cara: 1) gerakan masyarakat melalui penyuluhan; 2) membangun/rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi; 3) membangun/ rehabilitasi/pemeliharaan konservasi lahan dan air; 4) memberikan bantuan sarana produksi (benih dan pupuk, pompa spesifik lokasi); 5) mengembangkan budidaya hemat air dan input (menggunakan metode SRI/PTT). Selanjutnya untuk mengatasi penyebab klimatologis perlu melakukan; 1) penyebaran informasi prakiraan iklim lebih akurat; 2) membuat kalender tanam; 3) menerapkan dan memperhatikan peta rawan kekeringan yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian melalui data interpretasi. Peta kekeringan secara lengkap dapat didownload pada website http://pla.deptan.go.id/rbk/peta/index.html. Peta tersebut tersedia untuk wilayah Jawa, Nusa Tenggara (NTB dan NTT), Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku dan Papua. Selain sumber di atas data dapat juga diperoleh melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dengan alamat website http://iklim.bmg.go.id /index.jsp.
DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF DARI IKLIM
Kelebihan:
- Masyarakat Indonesia dapat melakukan kegiatan ekonomi, bekerja, dan menanam tanaman sepanjang tahun
- Temperatur yang tidak terlalu ekstrim ( tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas)
Kekurangan:
- masyarakat Indonesia menjadi pemalas, karena tidak memiliki tantangan yang berat
- Saat musim kemarau petani tidak bisa bercocok tanam karena lahan/ sawah kering.
- Saat musim hujan petani garam tidak bisa memanen garam karena tidak adanya panas dari sinar matahari
- Mudah terserang penyakit saat musim pancaroba
- kualitas SDM berkurang..
No comments:
Post a Comment